Trump dan Starmer: Perpecahan Palestina di Tengah Kemitraan Strategis
        Kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Inggris baru-baru ini mempertemukan dirinya dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dalam sebuah diskusi tingkat tinggi. Pertemuan pada 19 September 2025 ini menyoroti sejumlah isu global krusial, termasuk konflik yang berkecamuk di Gaza dan perang di Ukraina, serta upaya penguatan kerja sama bilateral melalui kesepakatan kemitraan teknologi strategis. Namun, di balik seremonial kenegaraan, perbedaan pandangan yang mencolok mengenai status masa depan negara Palestina diakui secara terang-terangan oleh kedua pemimpin, menjadi salah satu poin utama yang mencuri perhatian publik dan media internasional.
Dinamika Gaza dan Isu Negara Palestina
Isu konflik di Jalur Gaza menjadi topik yang mendominasi sebagian besar diskusi antara Presiden Trump dan PM Starmer. Sumber-sumber diplomatik menyebutkan bahwa kedua pemimpin secara terbuka mengakui adanya jurang perbedaan pandangan terkait solusi dua negara dan peran komunitas internasional dalam menangani krisis kemanusiaan yang mendalam di wilayah tersebut. Presiden Trump, yang selama masa kepemimpinannya sebelumnya dikenal dengan pendekatan yang sangat pro-Israel dan kurang menekankan solusi dua negara, dilaporkan mempertahankan pandangannya yang pragmatis.
Di sisi lain, Perdana Menteri Starmer, yang mewakili Partai Buruh Inggris, menghadapi tekanan internal maupun eksternal untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Israel dan mendukung penuh pengakuan negara Palestina. Meskipun Partai Buruh secara tradisional mendukung solusi dua negara, posisi pemerintah Inggris di bawah Starmer dalam beberapa kesempatan terlihat lebih hati-hati, berusaha menyeimbangkan hubungan dengan sekutu AS dan tuntutan global akan keadilan bagi Palestina. Pengakuan terhadap adanya perbedaan ini menggarisbawahi kompleksitas diplomasi internasional dalam menghadapi konflik yang sangat sensitif.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan yang signifikan mengenai isu krusial seperti status masa depan Palestina, kedua pemimpin menekankan pentingnya saluran komunikasi yang terbuka dan kerja sama berkelanjutan dalam menghadapi tantangan global lainnya, dari keamanan siber hingga perubahan iklim, ujar seorang pejabat senior yang enggan disebutkan namanya, menggambarkan suasana pertemuan.
Perbedaan pandangan ini mencerminkan tantangan yang lebih luas bagi hubungan transatlantik, di mana AS dan sekutu-sekutunya terkadang harus menavigasi prioritas dan pendekatan kebijakan luar negeri yang tidak selalu sejalan, terutama di Timur Tengah.
Penguatan Kemitraan Teknologi dan Komitmen Ukraina
Sebelum diskusi sensitif mengenai Palestina, Presiden Trump dan PM Starmer menandatangani perjanjian kemitraan teknologi yang ambisius. Kesepakatan ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi antara kedua negara dalam berbagai bidang inovasi, termasuk kecerdasan buatan (AI), keamanan siber, teknologi hijau, dan riset bioteknologi. Kemitraan ini diharapkan tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua negara tetapi juga memperkuat posisi strategis mereka di tengah persaingan teknologi global yang semakin ketat.
Selain itu, perang di Ukraina juga menjadi agenda penting dalam pertemuan tersebut. Kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen kuat mereka untuk terus mendukung Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Diskusi mencakup strategi pengiriman bantuan militer dan kemanusiaan, penegakan sanksi terhadap Moskow, serta upaya-upaya diplomasi untuk mencapai penyelesaian konflik yang adil dan berkelanjutan. Baik AS maupun Inggris memahami bahwa stabilitas di Eropa sangat bergantung pada kemampuan Ukraina untuk mempertahankan kedaulatannya.
Kunjungan ini secara keseluruhan menjadi platform penting bagi kedua pemimpin untuk tidak hanya membahas isu-isu yang memecah belah tetapi juga untuk mencari titik temu dan memperkuat fondasi hubungan khusus yang telah lama terjalin antara Amerika Serikat dan Inggris. Di tengah lanskap geopolitik yang terus berubah, kemampuan untuk berdialog secara konstruktif, bahkan di tengah perbedaan, tetap menjadi kunci stabilitas global.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
