December 1, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Wanita Suriah Bongkar Kekejaman Sistematis di Penjara Rezim Assad

DAMASKUS, SURIAH – Sejumlah wanita Suriah kini memberanikan diri untuk bersuara, menguak tabir kekejaman dan trauma mendalam yang mereka alami selama berada di penjara rezim Presiden Bashar al-Assad. Mereka adalah para istri dan anak-anak pemberontak yang ditangkap dan dijadikan alat tawar-menawar politik, sebuah praktik brutal yang telah berlangsung bertahun-tahun di bawah pemerintahan diktator tersebut. Kesaksian mereka, yang muncul pada 16 November 2025, menjadi pengingat pedih akan pelanggaran hak asasi manusia yang tak terhitung jumlahnya di tengah konflik Suriah.

Kesaksian Pilu dari Balik Jeruji Besi

Penangkapan perempuan dan anak-anak di Suriah bukan sekadar tindakan represif, melainkan bagian dari strategi sistematis rezim Assad untuk menekan oposisi. Mereka yang ditahan seringkali tidak memiliki keterlibatan langsung dalam konflik bersenjata, namun menjadi korban karena ikatan keluarga mereka. Di dalam jeruji besi, para penyintas ini menceritakan kondisi yang tak manusiawi: penyiksaan fisik dan psikologis, penelantaran medis, minimnya makanan dan air bersih, serta kekerasan seksual yang kerap terjadi secara tersembunyi.

Trauma yang mereka alami jauh melampaui penderitaan fisik. Bertahun-tahun hidup dalam ketidakpastian, ancaman, dan isolasi telah meninggalkan luka psikologis yang mendalam. Banyak yang menyaksikan orang lain disiksa atau bahkan meninggal dunia, menghancurkan kewarasan dan harapan mereka. Tujuan penahanan mereka jelas: mematahkan semangat perlawanan keluarga mereka di luar, menjadikan setiap tahanan sebagai kartu mati dalam permainan kekuasaan yang kejam.

“Kami bukan hanya tahanan, kami adalah alat tawar-menawar. Setiap hari di sana adalah pertarungan untuk mempertahankan kewarasan kami. Bekas luka ini tidak akan pernah hilang, dan ingatan akan kengerian itu menghantui setiap mimpi kami,” ujar salah seorang penyintas, dengan suara bergetar saat memberikan kesaksian.

Perjuangan Mencari Keadilan dan Pemulihan

Setelah dibebaskan, para wanita ini dihadapkan pada tantangan besar dalam memulihkan hidup mereka. Stigma sosial, gangguan kesehatan mental yang parah seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), serta kesulitan reintegrasi ke masyarakat menjadi rintangan yang tak mudah diatasi. Banyak yang kehilangan keluarga, rumah, dan masa depan mereka. Dukungan psikososial dan medis yang memadai sangat minim, membuat proses pemulihan menjadi lebih berat.

Kesaksian mereka sangat krusial dalam upaya mendokumentasikan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan rezim Assad. Organisasi hak asasi manusia internasional terus menyerukan akuntabilitas, mendesak komunitas global untuk tidak menutup mata terhadap penderitaan ini. Meskipun jalan menuju keadilan tampak panjang dan berliku, suara-suara para penyintas ini adalah harapan bagi pengungkapan kebenaran dan tegaknya hukum, memastikan bahwa kekejaman yang mereka alami tidak akan pernah terulang dan para pelaku akan dimintai pertanggungjawaban.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda