China Petakan Dasar Laut: Ilmu dan Potensi Konflik di Wilayah Strategis

Jakarta, 10 July 2025 – Armada kapal penelitian Tiongkok tengah gencar melakukan survei dasar laut di berbagai perairan strategis dunia, memicu kekhawatiran di kalangan analis pertahanan. Meskipun Beijing bersikukuh misi ini murni untuk tujuan ilmiah dan eksplorasi sumber daya, data yang dikumpulkan dapat menjadi aset krusial jika suatu saat terjadi konflik dengan rival maritim utama seperti Taiwan atau Amerika Serikat.
Aktivitas survei ini berfokus pada pengumpulan data batimetri (kedalaman laut), arus, komposisi dasar laut, dan kondisi akustik bawah air. Informasi semacam ini, yang esensial untuk navigasi dan pemahaman oseanografi, juga memiliki aplikasi militer yang sangat signifikan. Kondisi geologi dan hidrologi dasar laut dapat mempengaruhi kinerja sonar, pergerakan kapal selam, penempatan ranjau laut, dan perencanaan operasi amfibi.
Motif Ganda di Bawah Permukaan
Secara resmi, Beijing menyatakan bahwa kegiatan survei ini merupakan bagian dari upaya ilmiah global untuk memahami lautan Bumi, memetakan sumber daya mineral laut dalam, dan mempelajari pola iklim. Kapal-kapal penelitian China, yang dilengkapi dengan peralatan canggih, sering terlihat beroperasi di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, termasuk di wilayah yang dekat dengan jalur pelayaran internasional vital dan zona ekonomi eksklusif negara lain.
Namun, di balik klaim ilmiah tersebut, komunitas intelijen dan militer Barat memandang aktivitas ini dengan kecurigaan. Data yang terkumpul sangat berharga bagi Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA Navy), terutama untuk meningkatkan kapabilitas perang bawah laut mereka. Informasi detail tentang topografi dasar laut dan karakteristik air sangat penting untuk mengoptimalkan rute patroli kapal selam, menyembunyikan armada, atau sebaliknya, melacak kapal selam musuh.
Situasi ini menjadi lebih meresahkan mengingat ketegangan yang terus memanas di Laut China Selatan dan Selat Taiwan. Kawasan-kawasan ini dipandang sebagai titik potensi benturan militer masa depan, di mana dominasi informasi di bawah permukaan laut akan memberikan keuntungan strategis yang signifikan. Kapal-kapal penelitian ini, dengan dalih ilmiah, diduga kuat tengah membangun “perpustakaan data” maritim yang komprehensif, siap digunakan dalam skenario konflik.
Meningkatnya Ketegangan Geopolitik
Amerika Serikat, melalui operasi kebebasan navigasinya (FONOPs) di Laut China Selatan, secara eksplisit menantang klaim teritorial China yang ekspansif. Keberadaan kapal-kapal survei China di dekat wilayah sengketa atau jalur perairan internasional yang sensitif sering kali dipantau ketat oleh angkatan laut negara-negara lain, termasuk AS, Jepang, dan Australia. Hal ini mencerminkan kekhawatiran global terhadap ambisi maritim Beijing dan potensi “penggunaan ganda” dari aktivitas sipil.
“Data batimetri dan oseanografi yang dikumpulkan China memiliki nilai strategis yang tak terbantahkan dalam konteks konflik militer,” ujar Dr. Budi Setiawan, seorang analis pertahanan maritim dari Universitas Pertahanan Nasional. “Informasi tentang kedalaman laut, arus, dan kondisi akustik bawah air sangat krusial bagi operasi kapal selam, penempatan ranjau, hingga perencanaan pendaratan amfibi. Ini bukan sekadar penelitian ilmiah biasa; ini adalah persiapan untuk dominasi maritim di kawasan yang sangat volatil.”
Para pengamat internasional juga menyoroti kurangnya transparansi dari pihak Tiongkok mengenai tujuan spesifik dan area operasi kapal-kapal penelitian mereka. Ketidakjelasan ini semakin memperkuat spekulasi bahwa ada agenda militer tersembunyi di balik kegiatan ilmiah yang diklaim. Dengan PLA Navy yang terus memodernisasi dan memperluas jangkauan operasionalnya, penguasaan informasi lingkungan bawah laut menjadi prioritas utama dalam strategi pertahanan dan ofensif mereka.
Kondisi ini menambah kompleksitas dinamika geopolitik di Indo-Pasifik. Meskipun diplomasi dan dialog terus diupayakan, aktivitas survei bawah laut China menjadi pengingat nyata bahwa persaingan strategis tidak hanya terjadi di permukaan atau di udara, tetapi juga di kedalaman lautan, di mana informasi dapat menjadi penentu kemenangan atau kekalahan dalam potensi konfrontasi masa depan.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda