Eropa Bersiap Mandiri: Inggris, Prancis, Jerman Bangun Institusi Diplomatik Paralel

Para pemimpin Inggris, Prancis, dan Jerman secara aktif mulai membangun kerangka institusi diplomatik paralel sebagai respons atas apa yang mereka persepsikan sebagai pergeseran kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, yang cenderung mengurangi keterlibatan tradisional Washington di Eropa. Langkah ini menandai upaya signifikan untuk memperkuat otonomi strategis Eropa dan memastikan keberlanjutan tatanan global multilateral, terlepas dari dinamika politik di Gedung Putih.
Inisiatif ini muncul di tengah kekhawatiran yang berkembang di antara ibu kota-ibu kota Eropa mengenai komitmen Amerika Serikat terhadap aliansi dan perjanjian internasional pasca-Perang Dunia II. Sejak awal masa jabatan Presiden Trump, doktrin “America First” telah memicu skeptisisme dan terkadang friksi dalam hubungan transatlantik, terutama terkait isu-isu seperti dukungan terhadap NATO, perjanjian iklim Paris, dan kesepakatan nuklir Iran (JCPOA). Eropa merasa perlu untuk mengisi kekosongan kepemimpinan global yang dirasa mulai ditinggalkan oleh Washington.
Pergeseran Paradigma Transatlantik
Selama beberapa dekade, keamanan dan stabilitas Eropa sangat bergantung pada kerja sama erat dengan Amerika Serikat, terutama melalui aliansi NATO. Namun, narasi yang berulang dari Gedung Putih mengenai “beban bersama” yang tidak merata dan kritik terhadap kontribusi finansial negara-negara anggota NATO telah mendorong Eropa untuk mempertimbangkan kembali fondasi keamanan kolektifnya. Meskipun aliansi NATO tetap vital, ketiga negara inti Eropa ini – Inggris, Prancis, dan Jerman – kini secara proaktif menjajaki jalur yang memungkinkan mereka untuk bertindak lebih independen dalam menghadapi krisis regional dan global.
Kekhawatiran ini tidak hanya terbatas pada masalah pertahanan. Penarikan AS dari kesepakatan iklim Paris dan JCPOA, serta ancaman tarif perdagangan, telah menegaskan pandangan Eropa bahwa mereka harus dapat melindungi kepentingan strategis dan ekonominya sendiri. Pergeseran paradigma ini bukan berarti penolakan terhadap AS, melainkan sebuah realisasi bahwa Eropa tidak bisa lagi menganggap dukungan penuh Washington sebagai hal yang pasti, dan harus lebih siap untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Membangun Otonomi Strategis Eropa
Konsep “institusi diplomatik paralel” yang dibangun oleh London, Paris, dan Berlin mencakup penguatan mekanisme koordinasi trilateral yang sudah ada dan pembentukan inisiatif baru. Salah satu contoh paling nyata adalah upaya bersama mereka untuk menyelamatkan JCPOA setelah penarikan AS, di mana ketiga negara tersebut (dikenal sebagai E3) mencoba mempertahankan saluran perdagangan dengan Iran melalui mekanisme seperti INSTEX, meskipun dengan keberhasilan terbatas. Ini menunjukkan kemampuan dan kemauan Eropa untuk menempuh jalur diplomatik yang berbeda dari Washington.
Selain itu, ketiga negara ini juga meningkatkan kerja sama dalam isu-isu seperti keamanan siber, intelijen, dan respon terhadap disinformasi. Meskipun Inggris telah meninggalkan Uni Eropa, London tetap merupakan pemain kunci dalam arsitektur keamanan Eropa, dan kerja sama dengan Prancis dan Jerman dipandang esensial untuk menjaga stabilitas di benua tersebut. Tujuan utama adalah untuk menciptakan kerangka kerja yang lebih responsif dan otonom, yang mampu merumuskan dan melaksanakan kebijakan luar negeri Eropa secara kohesif, bahkan tanpa partisipasi atau persetujuan langsung dari Washington.
“Pergeseran ini bukan tentang meninggalkan aliansi lama, melainkan tentang Eropa yang mengambil tanggung jawab lebih besar atas keamanannya sendiri dan masa depan tatanan global. Ini adalah evolusi yang tak terhindarkan dalam lanskap geopolitik yang berubah, di mana multilateralisme harus ditegakkan oleh lebih banyak aktor,” ujar seorang analis kebijakan luar negeri senior di Berlin, saat diwawancarai pada 18 July 2025.
Upaya ini diharapkan tidak hanya memperkuat posisi Eropa dalam negosiasi global tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai dan kepentingan Eropa terus diwakili di panggung dunia. Pada 18 July 2025, dengan dinamika geopolitik yang terus berubah, inisiatif trilateral ini menjadi krusial dalam membentuk masa depan kebijakan luar negeri Eropa yang lebih mandiri dan berpengaruh.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda