Gempa Dahsyat Guncang Afghanistan: Ratusan Tewas, Krisis Kemanusiaan Memburuk
        Sebuah gempa bumi berkekuatan 6,3 magnitudo kembali mengguncang wilayah utara Afghanistan, memicu kepanikan luas dan menyebabkan kerusakan parah di dekat kota Mazar-i-Sharif pada 04 November 2025. Insiden mematikan ini menambah derita bagi negara yang sudah terperosok dalam krisis kemanusiaan yang akut, dengan laporan awal menyebutkan ratusan korban jiwa dan ribuan lainnya luka-luka, serta kehancuran infrastruktur vital dan situs bersejarah.
Pusat gempa diperkirakan berada sekitar 40 kilometer barat laut Mazar-i-Sharif, ibu kota Provinsi Balkh, wilayah yang terkenal dengan Masjid Biru megahnya, sebuah mahakarya arsitektur Islam. Getaran dahsyat gempa dirasakan hingga radius yang jauh, menyebabkan bangunan runtuh dan menimbulkan kepanikan di kalangan penduduk yang trauma dengan serangkaian gempa sebelumnya.
Skala Kerusakan dan Korban Jiwa yang Tragis
Laporan awal dari otoritas setempat dan lembaga bantuan kemanusiaan menunjukkan skala kerusakan yang mengkhawatirkan. Diperkirakan lebih dari 2.000 rumah, sebagian besar terbuat dari lumpur dan bata, telah rata dengan tanah di desa-desa terpencil di provinsi Balkh dan sekitarnya. Struktur bangunan yang rapuh membuat dampak gempa semakin mematikan.
Data sementara menunjukkan sedikitnya 150 orang dikonfirmasi tewas dan lebih dari 1.200 lainnya menderita luka-luka, banyak di antaranya dalam kondisi kritis. Angka-angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring tim penyelamat yang kesulitan menjangkau daerah-daerah terpencil yang terputus akibat runtuhan dan kerusakan jalan. Upaya evakuasi dan pencarian korban terhambat oleh medan yang sulit dan kurangnya peralatan memadai.
Salah satu ikon kota, Masjid Biru (Rawza-e Sharif), yang merupakan situs warisan budaya penting dan tujuan ziarah, juga tidak luput dari kerusakan. Retakan signifikan dilaporkan muncul pada dinding dan menara utama masjid, memicu kekhawatiran serius tentang integritas struktural dan kelestarian situs bersejarah tersebut. Para ahli warisan budaya telah menyerukan penilaian segera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Gempa Memperparah Krisis Kemanusiaan
Gempa bumi terbaru ini datang pada saat Afghanistan tengah berjuang menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Jutaan warga Afghanistan sudah berada di ambang kelaparan, diperparah oleh kemiskinan ekstrem, kekeringan berkepanjangan, dan isolasi ekonomi pasca-pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban. Kini, ribuan orang lainnya kehilangan tempat tinggal dan mata pencarian.
Kebutuhan mendesak meliputi tenda atau tempat penampungan sementara, selimut, makanan, air bersih, dan pasokan medis. Suhu dingin yang mulai menyelimuti wilayah utara juga menimbulkan ancaman serius bagi para penyintas yang kini hidup di bawah langit terbuka.
“Kami telah kehilangan segalanya. Rumah kami hancur, dan kami tidak tahu harus tidur di mana malam ini. Anak-anak saya menggigil kedinginan dan kelaparan,” ujar Fatima, seorang ibu dari tiga anak yang kehilangan rumahnya di sebuah desa dekat pusat gempa.
Lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan internasional menghadapi tantangan besar dalam menyalurkan bantuan. Selain masalah logistik dan keamanan, keterbatasan dana dan birokrasi yang kompleks di bawah pemerintahan Taliban semakin mempersulit upaya penyelamatan dan pemulihan. Komunitas internasional dituntut untuk segera meningkatkan dukungan dan bantuan kemanusiaan untuk mencegah bencana lebih lanjut di negara yang rentan ini.
Tragedi gempa ini sekali lagi menyoroti kerentanan Afghanistan terhadap bencana alam, yang seringkali diperparah oleh kondisi sosio-ekonomi dan politik yang tidak stabil. Jalan panjang pemulihan dan pembangunan kembali akan membutuhkan dukungan berkelanjutan dari seluruh dunia.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
