July 5, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

Hamas Siap Berunding Lagi: Sinyal Baru Harapan Gencatan Senjata Gaza

Kelompok militan Hamas pada 05 July 2025 menyatakan kesiapan untuk segera kembali ke meja perundingan gencatan senjata di Gaza. Pernyataan ini muncul di tengah kebuntuan diplomatik yang berkepanjangan dan terus memburuknya krisis kemanusiaan di wilayah tersebut, memicu secercah harapan untuk potensi terobosan dalam upaya mengakhiri konflik.

Namun, belum ada kejelasan langsung apakah kelompok tersebut akan menuntut perubahan signifikan terhadap rencana gencatan senjata tiga fase yang diusulkan, yang mencakup penghentian pertempuran selama 60 hari, pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, serta pembicaraan mengenai pengakhiran perang secara permanen.

Konteks Negosiasi dan Proposal Gencatan Senjata

Proposal gencatan senjata yang menjadi dasar perundingan saat ini sebagian besar didukung oleh Amerika Serikat dan telah disetujui, dalam prinsipnya, oleh Israel. Rencana ini, yang diumumkan secara publik oleh Presiden AS Joe Biden, menguraikan proses bertahap untuk meredakan konflik yang telah berlangsung lebih dari delapan bulan.

Fase pertama mencakup gencatan senjata penuh, penarikan sebagian pasukan Israel dari wilayah padat penduduk Gaza, dan pembebasan sejumlah sandera, termasuk wanita, orang tua, dan yang terluka, sebagai imbalan bagi tahanan Palestina. Fase kedua akan melibatkan pembebasan semua sandera yang tersisa, termasuk tentara, dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Fase ketiga adalah dimulainya rekonstruksi Gaza dan pengembalian jenazah sandera yang tewas.

Sejak awal, Hamas telah menyatakan keberatan dan menuntut jaminan yang lebih kuat untuk penghentian perang secara permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sejak fase pertama, sebelum mereka menyetujui detail implementasi. Hal ini menjadi titik kunci yang membuat perundingan, yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, menemui jalan buntu dalam beberapa pekan terakhir. Israel, di sisi lain, menegaskan kembali tujuannya untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas di Gaza, menolak gagasan penghentian perang secara permanen sebelum tujuan tersebut tercapai.

Seorang diplomat senior yang terlibat dalam perundingan, yang meminta tidak disebutkan namanya karena sensitivitas situasi, menyatakan: “Setiap sinyal positif dari salah satu pihak adalah langkah maju yang disambut baik. Namun, jalan menuju perdamaian sejati masih panjang dan penuh tantangan, mengingat jurang perbedaan antara tuntutan fundamental kedua belah pihak.”

Tantangan dan Prospek di Meja Perundingan

Meskipun ada sinyal kesiapan dari Hamas, tantangan di meja perundingan tetap besar. Perbedaan interpretasi mengenai istilah “pengakhiran perang secara permanen” dan “penarikan penuh pasukan” merupakan hambatan utama. Hamas mungkin mencari jaminan tertulis atau mekanisme internasional yang lebih kuat untuk memastikan Israel tidak akan melanjutkan operasi militer setelah pembebasan sandera tahap awal.

Selain itu, daftar nama dan jumlah tahanan yang akan dipertukarkan dengan sandera juga seringkali menjadi poin perdebatan yang rumit dan emosional. Tekanan internasional yang meningkat, terutama dari Amerika Serikat dan negara-negara Arab, kemungkinan besar memainkan peran dalam keputusan Hamas untuk menyatakan kembali kesediaannya berunding. Krisis kemanusiaan di Gaza, dengan kelaparan yang meluas dan sistem kesehatan yang runtuh, juga menambah urgensi untuk mencapai kesepakatan.

Langkah selanjutnya adalah menunggu tanggapan Israel dan negara-negara mediator terhadap pernyataan Hamas ini. Jika kedua belah pihak dapat menemukan titik temu atau kompromi atas tuntutan kunci, perundingan dapat kembali dilanjutkan dengan harapan baru untuk meredakan salah satu konflik paling mematikan dalam sejarah modern.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.