Kepulangan Pahit Serhiy: Mantan Tahanan Perang Ukraina Berjuang Atasi Trauma

KIEV – Sejak invasi skala penuh Rusia, satu generasi pria Ukraina telah ditempa oleh konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II. Serhiy Hrebinyk, pemuda 25 tahun, adalah salah satunya. Baru saja dibebaskan dari penjara Rusia, kepulangannya ke tanah air pada 23 August 2025 membawa serta bayangan trauma mendalam yang kini harus ia hadapi, jauh dari medan perang namun dekat dengan luka yang tak terlihat.
Pergulatan di Balik Kebebasan
Momen yang seharusnya penuh sukacita, pertemuan kembali dengan keluarga, kini dibalut nuansa kepedihan. Serhiy, yang dulunya seorang pemuda enerjik, kembali dengan tubuh yang lebih kurus, tatapan mata yang kosong, dan keheningan yang mengisyaratkan penderitaan yang tak terucapkan. Berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, dalam penahanan brutal telah mengukir jejak tak terhapuskan pada fisik dan jiwanya. Kisah-kisah horor penyiksaan, isolasi, dan kelaparan adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman ratusan, bahkan ribuan, tawanan perang Ukraina yang kini perlahan kembali.
Para ahli kesehatan mental menyebut kondisi seperti yang dialami Serhiy sebagai Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) kompleks, yang diperparah oleh tekanan dan kekejaman di lingkungan penjara. Penyesuaian kembali dengan kehidupan normal – tidur di ranjang empuk, makan makanan rumahan, bahkan sekadar berjalan bebas – menjadi tantangan tersendiri. Keluarga Hrebinyk, meski lega dengan kepulangan putra mereka, kini dihadapkan pada kenyataan bahwa Serhiy yang kembali bukanlah Serhiy yang pergi berperang. Mereka harus belajar memahami dan mendampingi perjuangan internal yang Serhiy hadapi setiap hari.
Harga Sebuah Generasi
Kisah Serhiy Hrebinyk hanyalah satu dari ribuan kisah yang terungkap di seluruh Ukraina. Konflik berkepanjangan ini telah membentuk dan merenggut masa muda satu generasi. Pria-pria seperti Serhiy, yang seharusnya membangun karier, memulai keluarga, atau mengejar impian, kini harus memikul beban trauma perang yang monumental. Pemerintah Ukraina dan berbagai organisasi kemanusiaan berjuang keras untuk menyediakan dukungan medis dan psikologis yang sangat dibutuhkan bagi para veteran dan mantan tawanan perang, namun skala masalahnya sangat besar.
“Kita bisa memenangkan perang di medan tempur, tetapi kita juga harus memenangkan perang melawan trauma di dalam diri para pahlawan kita. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa, untuk memastikan bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia dan mereka bisa kembali hidup bermartabat,” ujar seorang psikolog militer yang tidak ingin disebutkan namanya, menggarisbawahi urgensi penanganan isu ini.
Dampak perang terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan sosial diproyeksikan akan terasa selama beberapa dekade mendatang. Integrasi kembali para mantan tawanan perang dan veteran ke dalam masyarakat membutuhkan lebih dari sekadar bantuan finansial atau medis; ia memerlukan empati, pemahaman, dan dukungan struktural dari seluruh lapisan masyarakat. Kisah Serhiy adalah pengingat pahit akan harga sebenarnya dari kebebasan dan kedaulatan, yang dibayar dengan darah dan air mata satu generasi.
Saat fajar menyingsing di atas Kiev pada 23 August 2025, Serhiy Hrebinyk memulai hari baru, bukan lagi di balik jeruji besi, melainkan di rumahnya sendiri. Namun, perjalanannya menuju pemulihan masih panjang dan berliku. Ia adalah cermin dari ribuan jiwa yang, seperti dirinya, berjuang untuk menemukan kembali diri mereka di tengah puing-puing perang yang tak hanya meruntuhkan bangunan, tetapi juga merobek-robek jiwa manusia.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda