July 12, 2025

LOKAL TIMES

Update Terus, Gak Ketinggalan Zaman!

PM Israel Dituding Perpanjang Perang Gaza Demi Kekuasaan

Sebuah laporan investigasi mendalam, didukung oleh kesaksian dari berbagai sumber internal pemerintahan dan intelijen, menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja memperpanjang konflik di Jalur Gaza. Tindakan ini, yang disebut-sebut melibatkan rapat rahasia, pengubahan catatan resmi, dan pengabaian peringatan intelijen, diduga kuat didorong oleh kalkulasi politik pribadi Netanyahu sejak serangan brutal Hamas pada 7 Oktober lalu.

Klaim-klaim ini, yang pertama kali muncul dalam publikasi terkemuka, telah memicu gelombang perdebatan sengit di Israel dan komunitas internasional. Laporan tersebut menyoroti bagaimana keputusan strategis krusial dalam perang, yang seharusnya berfokus pada keamanan nasional dan pembebasan sandera, justru terintervensi oleh agenda politik untuk mempertahankan kekuasaan dan menghindari potensi konsekuensi hukum serta elektoral yang mengancam jabatan Netanyahu.

Taktik Politik di Balik Konflik

Menurut sumber-sumber yang mengetahui jalannya pemerintahan dari dekat, Netanyahu dituding telah membentuk lingkaran pengambilan keputusan yang sangat tertutup, di mana informasi dan diskusi penting tidak selalu tercatat secara transparan atau dibagikan kepada seluruh kabinet perang. Beberapa dugaan menyebutkan adanya ‘rapat rahasia’ di luar prosedur resmi yang digunakan untuk memanipulasi narasi dan mengarahkan strategi perang demi kepentingan politik pribadi.

Lebih lanjut, laporan mengindikasikan bahwa ‘pengubahan catatan’ mungkin telah terjadi, di mana risalah rapat atau dokumen strategis dimodifikasi untuk merefleksikan pandangan tertentu atau menyembunyikan inkonsistensi keputusan. Tindakan ini, jika terbukti benar, bisa menjadi upaya sistematis untuk membangun justifikasi retrospectif atas kebijakan yang dipertanyakan.

Situasi ini bukan lagi tentang keamanan Israel semata, melainkan tentang kelangsungan politik satu orang. Keputusan krusial yang berdampak pada ribuan nyawa dan masa depan kawasan sedang dipertaruhkan demi ambisi pribadi, dan itu adalah pengkhianatan terhadap kepercayaan publik.

— Seorang mantan pejabat tinggi keamanan yang enggan disebutkan namanya, dalam wawancara eksklusif.

Poin krusial lainnya adalah ‘pengabaian intelijen’. Laporan menuduh bahwa peringatan-peringatan dari badan intelijen Israel mengenai potensi dampak kemanusiaan dari operasi militer yang berlarut-larut, risiko eskalasi regional, atau bahkan peluang untuk mencapai kesepakatan sandera yang lebih cepat, seringkali diabaikan atau dikesampingkan. Informasi ini, menurut klaim, tidak diproses secara objektif, melainkan disaring untuk mendukung narasi yang menguntungkan posisi politik Netanyahu, yaitu bahwa perang harus dilanjutkan hingga ‘kemenangan total’ tercapai, tanpa batas waktu yang jelas.

Motivasi di balik semua ini, menurut investigasi, adalah untuk menghindari pemilu dini yang diperkirakan akan menghasilkan kekalahan telak bagi partainya, menjaga koalisi sayap kanan ekstremnya yang rapuh, dan mencegah dimulainya kembali persidangan korupsi yang sedang dihadapinya. Dengan mempertahankan status quo perang, Netanyahu berusaha menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang tak tergantikan di masa krisis nasional.

Respons dan Dampak

Kantor Perdana Menteri Israel secara konsisten membantah keras tuduhan-tuduhan ini, menyebutnya sebagai ‘propaganda yang bermotivasi politik’ dan ‘upaya untuk merusak persatuan nasional di masa perang’. Netanyahu sendiri telah berulang kali menegaskan bahwa satu-satunya motivasi pemerintahannya adalah untuk memastikan keamanan Israel, menghancurkan Hamas, dan membawa pulang semua sandera, tanpa kompromi.

Namun, di dalam negeri, klaim-klaim ini telah memperparah gejolak politik. Demonstrasi mingguan di Tel Aviv dan kota-kota lain terus menuntut pemilu segera dan pembebasan sandera, mencerminkan frustrasi publik yang mendalam terhadap penanganan perang dan dugaan manipulasi politik. Para kritikus menyoroti bahwa perang yang berkepanjangan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Gaza, peningkatan isolasi internasional bagi Israel, dan ketegangan yang memburuk dengan sekutu utamanya, Amerika Serikat.

Analis politik mencatat bahwa meskipun tuduhan ini sulit dibuktikan secara definitif di tengah kabut perang, mereka memperkuat persepsi publik tentang seorang pemimpin yang lebih mementingkan kelangsungan politiknya daripada kepentingan nasional jangka panjang. Masa depan politik Netanyahu, dan bahkan arah konflik di Gaza, kini bergantung pada bagaimana kebenaran di balik klaim-klaim ini akan terungkap, atau setidaknya, bagaimana opini publik akan memandang hal tersebut di tengah krisis yang belum usai per 11 July 2025.


Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.