Putin Kian Berani: Eropa Desak Respons Tegas Atas Eskalasi Bertahap Rusia

BRUSSEL, 11 September 2025 – Presiden Rusia Vladimir V. Putin diyakini semakin berani dalam strategi konfrontatifnya terhadap Barat, sebuah penilaian yang disampaikan oleh sejumlah pejabat Ukraina dan Eropa. Menurut mereka, kurangnya respons yang tegas dan terpadu dari negara-negara Barat telah memberikan sinyal kepada Kremlin bahwa mereka dapat terus melakukan eskalasi secara bertahap tanpa menghadapi konsekuensi yang signifikan.
Kecenderungan ini, yang disebut sebagai “strategi eskalasi lambat”, menjadi sorotan di tengah ketegangan geopolitik yang terus membara, terutama di kawasan Eropa Timur. Para pengamat mencatat bahwa pendekatan Rusia ini melibatkan serangkaian langkah kecil namun persisten yang secara kumulatif mengikis stabilitas regional dan menantang norma-norma internasional, seringkali tanpa memicu respons balik yang cukup kuat untuk mengubah arah Moskow.
Strategi “Salamisir” dan Kecemasan Eropa
Strategi eskalasi lambat Rusia sering disamakan dengan taktik “salamisir” (salami-slicing), di mana lawan mengambil irisan kecil demi irisan dari kekuatan musuh, memastikan bahwa setiap irisan tidak cukup signifikan untuk memprovokasi reaksi besar-besaran, tetapi secara bertahap melemahkan lawan secara keseluruhan. Dalam konteks hubungan Rusia-Barat, ini terlihat dari berbagai tindakan, mulai dari agresi militer di Ukraina, gangguan siber, kampanye disinformasi, hingga penggunaan energi sebagai alat pemerasan geopolitik.
Pejabat di Kiev dan berbagai ibu kota Eropa berulang kali menyuarakan kekhawatiran bahwa toleransi atau ambiguitas dalam merespons tindakan Rusia telah disalahartikan sebagai kelemahan. “Setiap kali kita ragu, setiap kali kita menunjukkan perpecahan, Putin menganggapnya sebagai undangan,” ujar seorang diplomat senior Eropa yang enggan disebut namanya, menekankan bahwa Kremlin mempelajari dengan cermat setiap reaksi, atau ketiadaan reaksi, dari Barat.
Perang di Ukraina menjadi contoh paling nyata dari strategi ini. Invasi skala penuh pada Februari 2022 didahului oleh aneksasi Krimea pada 2014 dan dukungan terhadap separatis di Donbas, langkah-langkah yang, meskipun memicu sanksi, tidak menghentikan Putin dari ambisi yang lebih besar. Sekarang, dengan konflik yang terus berlanjut, Barat dihadapkan pada dilema antara menghindari eskalasi langsung dengan Rusia dan memberikan dukungan yang memadai kepada Ukraina tanpa memprovokasi reaksi yang lebih luas.
Seruan untuk Respons Terpadu dan Konsekuensi Kelalaian
Menanggapi situasi ini, ada seruan yang semakin meningkat agar negara-negara Barat merumuskan strategi respons yang lebih koheren, tegas, dan prediktif. Menurut sejumlah analis pertahanan, kurangnya “garis merah” yang jelas dan penegakannya yang konsisten telah memungkinkan Rusia untuk terus menguji batas toleransi, mencari celah, dan memperluas pengaruhnya.
“Jika Barat terus menunjukkan keraguan atau membiarkan celah dalam kohesi responsnya, Presiden Putin akan menganggapnya sebagai lampu hijau untuk melanjutkan ambisi ekspansionisnya. Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa appeasement hanya akan mendorong agresi lebih lanjut, bukan mencegahnya.”
Pejabat Ukraina secara khusus mendesak peningkatan bantuan militer, termasuk sistem senjata jarak jauh dan pertahanan udara yang lebih canggih, sebagai cara untuk secara efektif mendorong balik agresi Rusia. Sementara itu, di Eropa, perdebatan berpusat pada perlunya penguatan pertahanan kolektif, peningkatan investasi dalam kemampuan militer, dan penegasan kembali komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan kedaulatan.
Risiko dari kelalaian dalam merespons strategi eskalasi lambat ini bukan hanya terbatas pada kedaulatan Ukraina, tetapi juga berpotensi merusak tatanan keamanan Eropa secara keseluruhan dan melemahkan kredibilitas aliansi Barat di panggung global. Oleh karena itu, tantangan mendesak bagi Barat adalah menyatukan visi, mengoordinasikan tindakan, dan menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan untuk menghadapi apa yang semakin dianggap sebagai ancaman sistemik terhadap stabilitas internasional.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda