Sri Lanka Lumpuh: Banjir Nasional Diklaim Bencana Terbesar, Korban Jiwa Capai 355
Pada 01 December 2025, Sri Lanka dilumpuhkan oleh bencana banjir dan tanah longsor terparah dalam sejarahnya. Presiden negara itu menyatakan bahwa bencana alam yang melanda seluruh negeri ini merupakan tantangan terbesar yang pernah dihadapi bangsa pulau tersebut, seiring dengan jumlah korban jiwa yang melonjak mencapai 355 orang dan terus bertambah.
Pihak berwenang dan tim penyelamat masih berjuang menembus daerah-daerah terpencil yang terputus total, mencari korban selamat yang terjebak dan mengevakuasi ratusan ribu warga yang kehilangan tempat tinggal. Banjir parah, dipicu oleh hujan monsun ekstrem selama berminggu-minggu, telah mengubah desa-desa menjadi danau luas, menghanyutkan rumah-rumah, dan merusak infrastruktur vital di sebagian besar wilayah pesisir dan dataran rendah Sri Lanka.
Pusat Penanggulangan Bencana (DMC) melaporkan bahwa setidaknya 23 dari 25 distrik di negara itu terkena dampak, dengan lebih dari 700.000 orang mengungsi ke tempat penampungan sementara. Kerusakan pada jalan, jembatan, dan saluran listrik diperkirakan bernilai miliaran rupee, menghambat upaya penyelamatan dan distribusi bantuan kemanusiaan.
Skala Bencana dan Upaya Penyelamatan
Kondisi darurat telah memicu respons besar-besaran dari militer Sri Lanka, yang mengerahkan ribuan personel angkatan darat, laut, dan udara untuk operasi pencarian dan penyelamatan. Perahu karet dan helikopter digunakan untuk menjangkau daerah-daerah terisolasi, mengangkut makanan, air bersih, dan obat-obatan kepada komunitas yang terputus.
Ini adalah krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata seorang pejabat DMC. Prioritas utama kami adalah menyelamatkan nyawa, memberikan bantuan darurat, dan memastikan keamanan bagi mereka yang terlantar. Tantangan terbesar adalah skala bencana yang masif dan medan yang sulit.
Tim medis bergegas mendirikan kamp-kamp kesehatan sementara untuk merawat korban luka dan mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air. Ancaman laten seperti demam berdarah dan diare menjadi perhatian serius mengingat sanitasi yang buruk dan genangan air yang meluas.
Presiden Sri Lanka dalam pernyataannya yang emosional mengungkapkan, Ini adalah bencana alam terbesar dan paling menantang dalam sejarah bangsa pulau ini. Seluruh bangsa harus bersatu dalam menghadapi krisis ini dan membantu saudara-saudari kita yang membutuhkan.
Dampak Jangka Panjang dan Tantangan Kemanusiaan
Selain dampak langsung terhadap nyawa dan properti, bencana ini diperkirakan akan memiliki konsekuensi jangka panjang yang parah bagi perekonomian Sri Lanka. Sektor pertanian, terutama perkebunan teh dan sawah yang menjadi tulang punggung ekonomi, telah mengalami kerugian besar. Ribuan hektar lahan pertanian terendam, mengancam mata pencaharian jutaan petani.
Komunitas internasional mulai merespons dengan tawaran bantuan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Palang Merah Internasional, dan beberapa negara tetangga telah menyatakan kesediaan untuk memberikan dukungan finansial dan teknis. Namun, skala kehancuran menunjukkan bahwa proses pemulihan akan memakan waktu bertahun-tahun dan membutuhkan sumber daya yang sangat besar.
Pemerintah Sri Lanka saat ini sedang menyusun rencana rehabilitasi dan rekonstruksi jangka panjang, di tengah desakan untuk mengatasi kebutuhan mendesak para pengungsi. Tantangan di masa depan termasuk pembangunan kembali infrastruktur yang hancur, penyediaan perumahan bagi mereka yang kehilangan rumah, dan pemulihan sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak. Komitmen dan solidaritas nasional serta internasional akan menjadi kunci untuk membantu Sri Lanka bangkit dari bencana terburuk yang pernah dialaminya.
Kunjungi halaman utama kami untuk berita terbaru lainnya 👉
Beranda
